Dewasa ini, perkembangan peradaban manusia begitu pesat. Apalagi dengan dukungan dari perkembangan teknologi, kehidupan manusia di seluruh dunia terasa saling berakulturasi. Hal ini membuat budaya – budaya manusia juga ikut tercampur. Percampuran budaya merupakan hal yang tidak negatif apabila dapat diterima dengan bijak dan dapat dipilih oleh budaya lainnya.
Namun, sekarang ini budaya Barat mulai merangsek masuk dan sedikit demi sedikit menggeser budaya Timur dalam berbagai bidang. Termasuk budaya moral atau tingkah laku masyarakat.
Sebagai contoh akulturasi budaya Barat adalah dengan berubahnya cara pandang masyarakat Timur dalam menata hubungan sosial masyarakatnya. Dahulu, menjalin hubungan dengan lawan jenis untuk saling mengenal (berpacaran), merupakan hal yang tabu untuk dilakukan karena dianggap menyalahi budaya Timur yang kental dengan keSiti-Nurbayaannya. Tiap pasangan sudah di jodoh – jodohkan saat masih kecil atau bahkan saat masih dalam kandungan. Namun hal itu sekarang sudah tidak berlaku bagi kebanyakan masyarakat Timur. Tiap – tiap orang diberi kebebasan untuk mencari dan memilih pasangannya sendiri dengan berpacaran.
Makna berpacaran bagi masyarakat (dalam hal ini mahasiswa) sekarang ini kurang diperhatikan sehingga makna asli berpacaran berubah. Berpacaran yang seharusnya merupakan saat untuk saling mengenal lawan jenis, disalahartikan sebagai ajang untuk saling mengeksplorasi sumber daya pasangannya yang padahal belum tentu akan menjadi pasangan hidupnya kelak. Seberapa jauhkah tingkat eksplorasi itu pada kalangan mahasiswa? Di sini kami akan membahasnya.
PEMBAHASAN
Untuk mendapatkan pandangan perilaku berpacaran pada kalangan mahasiswa, kami telah mensurvey 100 orang mahasiswa dari berbagai jurusan dengan pertanyaan sebagai berikut.
1. Berapa lama Anda berpacaran?
a. 0-3 bulan
b. 3-6 bulan
c. 6-12 bulan
d. Lebih dari 12 bulan
2. Apa yang paling Anda suka dari pasangan Anda?
a. Sikapnya
b. Fisiknya
c. Hartanya
d. Popularitasnya
3. Seberapa jauh Anda berpacaran dengan pasangan Anda?
a. Berpegangan tangan
b. Berpelukan
c. Berciuman
d. Lebih dari 3 poin di atas
Berdasarkan survey yang telah dilaksanakan, menunjukkan bahwa :
1. Masa berpacaran di kalangan mahasiswa adalah 16% berpacaran selama 0-3 bulan, 13% berpacaran selama 3-6 bulan, 9% berpacaran selama 6-12 bulan, 61% berpacaran selama lebih dari 12 bulan, dan 1% tidak tahu seberapa lama ia pernah berpacaran.
Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa pernah berpacaran. Meski dalam kurun waktu yang berbeda – beda.
2. Hal yang paling disuka dari pasangannya adalah 79% menyukai sikap dari pasangannya, 16% menyukai fisik dari pasangannya, 5% menyukai harta dari pasangannya, dan 1% menyukai popularitas yang dimiliki pasangannya.
Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar koresponden setuju untuk memilih sikap dari pasangannya sebagai hal yang paling disukai. Sedangkan koresponden lain lebih memilih fisik, harta, ataupun popularitas sebagai hal yang paling disukai dari pasangannya.
3. Hal yang paling jauh yang pernah dilakukan adalah 42% berpegangan tangan dengan pasangannya, 13% berpelukan dengan pasangannya, 11% pernah berciuman dengan pasangannya, 31% pernah melakukan lebih dari 3poin di atas (berpegangan tangan, berpelukan, dan berciuman) dengan pasangannya, dan 9% tidak memberikan jawaban.
Hal – hal atau perbuatan yang pernah dilakukan koresponden ini membuat kita menyadari bahwa berpacaran telah berubah dari makna yang sebenarnya dan lebih ke eksplorasi diri pasangan.
Grafik Jawaban Quisioner “Perilaku Berpacaran Mahasiswa”
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan data dari sumber – sumber lainnya menunjukkan bahwa :
1. bentuk perilaku pacaran mahasiswa sudah mengarah pada perilaku seksual, mulai dari berpegangan tangan, cium pipi, cium bibir, berpelukan, meraba bagian tubuh yang sensitif dan sampai berhubungan kelamin.
2. penyebab perilaku pacaran remaja saat ini mengarah pada perilaku seksual sangat kompleks. Selain karena perkembangan remaja yang berada dalam masa peralihan dari anak ke dewasa yang mulai tertarik dengan lawan jenisnya, juga merupakan produk sampingan dari sistem sosial yang melingkupinya seperti karena pengaruh lingkungan keluarga, pergaulan, sekolah, maupun masyarakat.
3. faktor- faktor yang menyebabkan perilaku pacaran remaja mengarah pada perilaku seksual yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal meliputi adanya rasa penasaran akan lawan jenis, sedangkan faktor eksternal antara lain karena adanya tekanan dari teman pergaulan, tekanan dari pacar dan lingkungan keluarga.
4. upaya penanggulangan perilaku pacaran remaja agar tidak mengarah pada perilaku seksual yang telah dilakukan oleh pihak sekolah belum cukup efektif untuk mengantisipasi perilaku pacaran remaja agar tidak mengarah pada perilaku seksual karena hanya memberikan sanksi - sanksi apabila terjadi suatu pelanggaran, seperti sekolah akan mengembalikan siswa kepada orang tua apabila terbukti melakukan pelanggaran.
Untuk meminimalkan perilaku berpacaran yang tidak sehat ini harus dilakukan pembinaan moral remaja agar dapat mengaplikasikan nilai-nilai moral dan kehidupan remaja lingkungan masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama antara berbagai pihak baik keluarga, sekolah, LSM, maupun masyarakat karena masalah sosial ini merupakan tanggung jawab bersama dan harus ada penanggulangan yang efektif agar masa depan bangsa tidak rusak oleh moral – moral para penerus bangsa.